Makasih ya udda mampir kesini, jangan lupa follow ea kawan,,,yuk Kunjungi juga blog eL Pharmacia dan Dunia Muslimah ya

Sabtu, 11 Mei 2013

LUNA


***


" Bulan akan slalu sayang Kak Radit. 
Maafin Bulan ya Kak. 
Kalo kita jodoh, pasti ketemu. 
Moga kakak bahagia dengan dia. :') "


***

          "Cin, semalam ada pasien masuk UGD atas nama Raditya Ardhan. Pagi ini sudah di pindah ke ruang 13. Tolong cek apa dia sudah sadar. Cek tekanan darah dan minta bagian instalasi farmasi untuk menyiapkan obat. Berikan obat untuknya jika sudah sadar.", kepala perawat menyuruh salah satu perawat sambil berlalu meninggalkan ruangan.
          "Iya, Bu.", jawab Cintya, salah satu perawat yang sudah 4 tahun bekerja di Rumah Sakit Health Care. Cintya segera menyiapkan spygmomanometer yang akan dibawanya ketika seorang perawat lain mendekatinya. 
          "Cin, nama pasien tadi siapa?" tanya perawat itu. 
     "Kalau tidak salah Raditya Ardhan.", jawab Cintya. "Kepala perawat memang selalu menambah pekerjaanku. Padahal aku juga harus mengecek pasien ruang 21 terlebih dahulu pagi ini." keluhnya lagi sambil mengambil buku catatan keperawatan pasien. 
       "Kenapa Lun?", tanya Cintya setelah melihat sahabatnya, Luna, yang  baru setahun bekerja sebagai perawat di rumah sakit tersebut seperti mengingat sesuatu. 
        "Ah, nggak apa-apa. Sepertinya kamu sibuk. Biar aku yang menggantikanmu mengecek pasien ruang 13." jawab Luna. 
      "Ide bagus. Tolong aku ya Lun. Aku harus segera memberi suntikan untuk pasien ruang 21. Kalau terlambat, Dokter Harun akan marah lagi padaku. Terima kasih ya", Cintya tersenyum sambil memberikan peralatan kepada Luna sambil berlalu keluar menuju ruang 21.
         Luna berjalan menuju ruang instalasi farmasi untuk mengambil beberapa obat lalu menuju ruang pasien. Di kepalanya masih terbayang nama pasien yang akan ditemuinya sebentar lagi. "Raditya Ardhan, benarkah dia.... Bukan, semoga bukan dia...."
       Pintu kamar ruang 13 terbuka. Di ranjang yang serba putih tergolek lemah seorang lelaki berusia 29 tahun yang masih belum sadakan diri. Luna perlahan mendekati pasien itu dan meletakkan peralatan di meja. Tatapan matanya tak berkedip sekalipun. Kedua tangannya menutup mulutnya yang ternganga masih tak percaya. 
     "Kak Radit...", tangan kanannya menyentuh pipi lelaki yang dikenalnya 4 tahun lalu walaupun baru pertama melihat langsung wajahnya. "mirip... pasti kamu Kak Radit..."
        JGLEEKK....
      Pintu kamar pasien terbuka membuyarkan gumaman Luna. Dengan cepat Luna mengambil peralatan untuk mengukur tekanan darah pasiennya. Seorang wanita seumuran dengan Luna datang menghampiri. 
        "Bagaimana keadaan kakak saya, Sus?" tanyanya.
     "Tekanan darahnya sudah normal. Sebentar lagi dokter Bagas akan segera datang. Jika kakak anda sudah sadar, tolong berikan obat ini sebelum makan dan secepatnya hubungi perawat."
          "Iya Sus, terima kasih." kata wanita itu.
          Luna memberikan senyum kepada wanita itu sambil berlalu meninggalkan ruangan. Dia mengenalnya. Imel. Adik bungsu Radit. Tentu saja Imel tidak mengenali Luna karena Luna telah 4 tahun menghilang dan penampilannya pun telah berubah. Luna yang dulu seorang mahasiswi cuek kini menjadi sosok wanita yang masih sederhana tapi tetap anggun. Jilbab yang menutup auratnya juga membuat penampilannya terlihat berbeda dengan dia saat masih kuliah. Imel pun hanya mengenal Luna sebagai sosok mantan kekasih kakaknya lewat telepon dan belum pernah bertemu sebelumnya. Sedangkan Luna sudah pernah melihat foto - foto Imel, apalagi Imel adalah penyiar berita yang cukup dikenal.

***

          Luna menghempaskan tubuhnya di ranjang kos sederhana yang terletak tak jauh dari tempatnya bekerja. Masih terbayang wajah Radit, lelaki yang pernah dicintainya beberapa tahun lalu. 
          "Kenapa aku harus bertemu kamu dengan cara seperti ini, Kak. Luka ini terasa kembali setelah sekian lama aku berhasil melupakanmu.", gumamnya. 
Purple Fire Pointer